Transisi Adalah Inovasi, Kestabilan Adalah Kunci

Oleh : Irfan Fauzi, S.Pd.*

Hampir satu semester telah kita lewati. Tahun ini bisa disebut sebagai tahun pemulihan, setelah pandemi berlangsung hampir 3 tahun lamanya. Semua berbenah, semua bergerak, menuju titik yang lebih baik. Begipun juga dengan Sekolah Bunyan Indonesia.

Di akhir tahun ini, di lembaga ini akan terjadi banyak perubahan. Perubahan adalah hal yang lumrah, terlebh bagi organisasi yang terus bertumbuh dan berkembang.

Mengenai perubahan, selalu ada faktor pendorong (driving forces) dan faktor penghambat (resisting forces).  Kurt Lewin menganalisa setidaknya ada 3 tahap sederahana yang dilakukan. Tahapan itu menurut Kurt adalah unfreezing, changing, dan refreezing.

Unfreezing yaitu tahap dimana semua status quo akan dipandang kembali urgensitasnya, sesuatu yang ‘biasa  saja’ perlu di dobrak menjadi hal yang luar biasa. Pada tahap ini  motivasi internal dari setiap individu harus muncul, kemampuan menganalisa mana yang ‘biasa’ atau ‘di bawah standar’ penting sekali agar bisa melalui tahap unfreezing.

Changing yaitu kondisi dimana perubahan mulai dilakukan secara perlahan dan konsisten. Pada tahap ini mungkin akan ada Tarik menarik antar sikap konsisten dan resisten, maka dialog dan sikap saling memahami satu lain penting untuk memunculkan kesepahaman dalam proses changing.

Terakhir, refreezing, yaitu kondisi dimana perubahan di internal organisasi sudah menuju kestabilan. Pada tahap ini percepatan niscaya terjadi, saat semua civitas organisasi memiliki kesamaan hati dan pikiran yang sejalan. Layaknya anak yang mengenderai sepeda, saat mencapai kestabilan disitu akan muncul akselerasi, maka organisasi yang ingin tumbuh dan melakukan akselerasi setidaknya mencapai tahap refreezing. Kestabilan adalah kunci.

Sekolah Bunyan Indonesia di satu dasawarsa pertama, saya rasa sudah melalui dinamika ini berkali-kali. Tantanganya adalah melalui tahapan ini secara konsisten bukan resisten. Niscaya akselerasi yang terjadi di Sekolah Bunyan Indonesia bukanlah hanya sekedar narasi melainkan mimpi yang menjadi realisasi.

*) Penulis adalah Kepala SMAIT Bunyan Indonesia