@KangGuru KH. Uus Mauludin, MA
بسم الله الرحمن الرحيم
Istilah polarisasi biasa digunakan dalam bidang kajian elektromagnetik, mudahnya istilah polarisasi diartikan dengan gelombang
Tahun 2019 istilah polarisasi sangat sering di gunakan dalam politik, istilah polarisasi politik digunakan untuk menunjukkan dua kubu berbeda yang selalu saling serang; kampret dan cebong.
Polarisasi yang saya maksudkan adalah polarisasi sosial yang mana hari ini seakan semua kita di giring masuk pada pola sosial yang sama yaitu pola sosial media yang sangat sempit yaitu; SUBCRIBE, LIKE, DISLIKE, SHARE DAN COMMENT.
- SUBCRIBE
Kelompok manusia telah mensubcribe dirinya masing masing pada pilihan pilihan tertentu yang sangat privat, bebas memilih, masuk bergabung dan terus terupdate info dan bebas menolak tidak masuk bergabung sehingga tidak memiliki updating dan ketersambungan apapun.
Kaitannya dalam kehidupan sosial adalah setiap kita memiliki keterbatasan pengetahuan dan pemahaman terhadap seseorang atau sekelompok orang yang terkadang hal itu menjadikan celah konflik miskomunikasi karena kita mensubcribe atau tidak mensubcribe sesuatu pada hati dan fikiran kita, ini keberpihakan yang semua manusia pasti punya keberpihakan masing masing baik terang terangan atau tersembunyi yang menjadikan segala sesuatu tidak ada yang netral karena sejatinya netral akan menjadikan segala sesuatu tidak bergerak.
Setiap muslim wajib menjadikan keislamannya menjadi unsur terpenting menscribe dirinya dan juga mengokohkan diri dengan secriber lainnya yaitu dengan menegakkan marotib ukhuwwah mulai dari taaruf, tafaahum, takaful hingga tadhomun, sehingga mampu melaksanakan hak hak berukhuwwah mulai dari salamatush shodr (berlapang dada) hingga itsar(mendahulukan saudaranya dalam hal hal duniawiyah).
- LIKE
Secara manusiawi pasti kita akan mendapatkan orang yang menyukai diri kita sehingga melahirkan para follower dan fans dan kita tidak akan pernah bisa terhindar dari menyukai orang lain
Semua kita wajib sadar bahwa manusia pertama dan utama yang wajib kita Like tanpa syarat adalah Nabi Muhammad sholllaohu ‘alaihi wasallam yang pasti benar dan tidak mungkin salah ( makshum) adapun selainnya membuka ruang salah dan benar maka cintailah siapapun dan bencilah siapapun sewajarnya jangan berlebihan, cintailah seseorang karena keberpihakannya pada kebenaran dan bencilah seseorang karena keberpihakannya pada kebathilan dan ke zholiman. - DISLIKE
Karena kita tidak maksum maka pasti akan mendapatkan orang orang yang tidak menyukai kita, dan kita pun pasti mendislike pihak lain, mka jangan berkecil hati dan berputus asa ketika kita mendapatkan orang yang tidak menyukai kita karena sebenarnya suka tidak suka adalah manusiawi sebagai sistem pengaman sosial agar semua pihak mampu berkaca diri dengan sebaik baiknya sehingga melahirkan sifat bijaksana dan bijak sini, apa yang di benci dan siapa yang di benci akan menunjukkan posisi sosial kita ada dimana dan bersama siapa. - SHARE
Kebiasaan menshare sesuatu adalah hal yang baik terlebih jika apa yang akan di share itu telah di lakukan check and re-check sehingga bisa di pastikan apa yang dia share adalah benar bukan berita palsu atau bohong (hoax).
Dalam Islam ada panduan yang mengatur hal tersebut;
a. Jika seseorang menyebar hoax/haditsul ifki maka dia telah berbohong dan bohong diantara tanda kemunafikan
b. Jika dia menuduh/tuhmah al kadzib, maka wajib bagi dia mempertanggung jawabkan dengan mendatangkan saksi
c. Jika membicarakan keburukan/kesalahan/kekurangan orang maka sungguh dia telah ghibah yang dosanya bagaikan memakan bangkai saudaranya yang sudah mati/ kanibalisme dan ini adalah hal yang sangat mengerikan
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.
(Al-Ḥujurāt [49]:12)
- COMMENT
Hal yang dianggap biasa adalah mengomentari sesuatu, bahkan di masyarakat kita seakan semua orang bisa dan boleh mengomentari segala sesuatu secara bebas, padahal semua hal pasti ada ahlinya dan semua harus mempersilahkan ahlinya berbicara atau tunggu ahlinya berbicara, karena tidak semua orang ahli dalam segala sesuatu
Syahwatul kalam adalah penyakit dimana kita sangat ingin mengomentari segala sesuatu yang kita dengar dan kita lihat sehingga terkadang karena komentar komentar kita yang bukan ahli di bidang tesebut masalah kecil menjadi besar dan semakin rumit dan menjadi bencana sosial.
Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam mengingatkan sebagaimana yang di sebutkan oleh Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu berkata, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar.” (HR. Muslim),
dalam Musnad Imam Ahmad dari Anas bin Malik , dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ وَلَا يَدْخُلُ رَجُلٌ الْجَنَّةَ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
Iman seorang hamba tidak akan istiqamah, sehingga hatinya istiqamah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqamah, sehingga lisannya istiqamah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya, tidak akan masuk surga. (H.R. Ahmad, no. 12636, dihasankan oleh Syaikh Salim Al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin, 3/13).
Beliau juga menjelaskan, bahwa menjaga lidah merupakan keselamatan.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ قَالَ أَمْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ
Dari ‘Uqbah bin ‘Aamir, dia berkata, “Aku bertanya, wahai Rasulallah, apakah sebab keselamatan?” Beliau menjawab, “Kuasailah lidahmu, hendaklah rumahmu luas bagimu, dan tangisilah kesalahanmu”. (H.R. Tirmidzi, no.2406)
Polarisasi Sosial jika tidak terwarnai dengan adab adab Islam maka akan menjadi polarisasi negatif yang akan merugikan dan menghancurkan.
Wal iyadzu billah.