KangGuru. KH. Uus Mauludin, MA
Jika kita coba googling berapa tingkat kenakalan remaja? maka akan kita dapatkan data yang sangat aneh dan mengerikan, mulai perzinahan, narkoba, pembunuhan, ugal ugalan dan lain sebagainya dan ternyata hal itu sebanding lurus dengan tingkat perceraian di indonesia yang sudah menduduki peringkat tertinggi se-Asia Pasifik
Akan seperti apa generasi kita ke depan?
Pertanyaan ini wajib kita jawab baik oleh setiap pribadi kita sebagai ayah dan ibu atau juga kita sebagai lembaga pendidikan dan lingkungan masyarakat
Banyak yang berfikir dengan menyekolahkan anak seluruh masalah sudah selesai padahal masalah bukan hanya di sekolah tapi justru di semua tempat dimana berada pasti ada masalah baik di rumah, di sekolah, antara rumah dan sekolah dan juga di lingkungan tempat dimana kita berada
Jangan takt dengan masalah karena masalah ada bukan untuk membunuh kita tapi masalah ada agar kita semakin naik kelas dan dewasa maka semua kita wajib sama sama kerja dan wajib saling bekerjasama sehingga setiap masalah bisa di hadapi dengan benar dan baik
Dari mana pendidikan di mulai?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(At-taḥrīm [66]:6)
Abu Hurairah rodhiyallohu anhu menjelaskan bahwa Rosululloh pernah bersabda;
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Artinya: “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ayat dan Hadist tersebut menjelaskan bahwa kedua orang tua/keluarga/rumah adalah kunci utama pendidikan anak dan generasi, Rumah adalah sekolah pertamanya, ayah adalah kepala sekolahnya, ibu adalah wali kelas dan guru pertamanya, maka menemukan desain keluarga, menyusun kurikulum dan memahami DNA keluarga dan apa visi, misi serta agenda agenda aksi, dengan siapa kolaborasi dan bagaimana mengevaluasi kemajuan atas apa yang di lakukan adalah penting di perhatikan di sinilah nilai perjuangan dan jihad para orang tua, sehingga setiap kita menemukan cara agaimana mendapatkan harta dan memberikan sarana yang maksimal bagi setiap anaknya yang semuanya harus di pastikan halalan thoyyiban agar membawa keberkahan
Setiap anak yang lahir bukan hanya bernilai raga akan tetapi jiwa raganya siap menerima shibgho Alloh/celupan Alloh/agama Alloh sehingga apapun jadinya mereka, dimanapun mereka hidup dan pada zaman apapun dan dengan siapapun mereka bergaul bisa di pastikan ada dalam jalur yang haqq dan menjadikan semua sarana kehidupan untuk menjalankan dan menebarkan kebijakan
Syaikh Ibnu Utsaimin Rohimahulloh pernah berkata:
من لا يراعي حق الله عز وجل في تربية أولاده يوشك ألا يراعوا حق الله فيه إذا كبر ومات.
Siapa saja yang tidak menjaga hak Alloh Azza wa Jalla dalam pendidikan anak-anaknya dikhawatirkan mereka tidak akan menjaga hak Alloh pada (orang tua mereka) ketika dia tua dan meninggal dunia.” Shifatush sholat: 27.
Sungguh jihad yang pertama kali harus dilakukan oleh para orang tua adalah JIHAD TARBAWI yaitu setiap orang tua memastikan bahwa setia anaknya tidak ada yang buta huruf Al Quran (baik membacanya, menerjemahkannya, mentadaabburinya dan memahami tafsirnya) dan juga memastikan tidak ada yang buta hidup ( tidak faham darimana sedang dimana dan akan kemana, sehingga enggan untuk berjuang memahami agama dan enggan memperjuangkan Islam)
Kita akan sangat merugi jika anak anak kita tumbuh besar secara fisik akan tetapi hati dan fikirannya kosong dari semangat perjuangan Islam, kita sangat merugi ketika kita mati anak anak kita enggan mendoakan kita
قَالَ رَبِّ اِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَّلَمْ اَكُنْۢ بِدُعَاۤىِٕكَ رَبِّ شَقِيًّا
Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah, kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku tidak pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, wahai Tuhanku.
(Maryam [19]:4)
وَاِنِّيْ خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَّرَاۤءِيْ وَكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا فَهَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّا ۙ
Sesungguhnya aku khawatir terhadap keluargaku sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul. Anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu.
(Maryam [19]:5)
Wahai para ayah dan bunda mari terus berjuang semoga lahir dari kita semua generasi para pejuang. aamiin
wallohu ‘alam bish showab