Islam bukanlah agama doktrin yang semua ajarannya menjadi dogma dan mitos yang tak akan bisa dipecahkan dan diungkap rahasianya sepanjang zaman.
Al Quran sebagai wahyu yang harus di fahami manusia yang berakal akan bertemu dalam realita kehidupan, manusia yang penuh dengan keterbatasan tidak akan pernah mampu memahami realita hanya dengan panca indra maka dia wajib menaikkan matra berfikirnya dengan maksimalisasi fungsi akalnya untuk berlogika dan menalar segala hal yang ada di antara kitab untuk memperdalam hal ini bisa di baca apa yang di susun oleh Imam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh.
Logika adalah studi sistematis bentuk argumen, sedangkan penalaran adalah kemampuan akal untuk berfikir, memahami dan membentuk penilaian secara logis.
Untuk memahami Al Quran tidak ada syarat kecerdasan akan tetapi seseorang yang terus berinteraksi dengan Al Quran pasti akan menjadi cerdas jika pola interaksinya benar, bagaimana tidak cerdas? dalam Al Quran ada dorongan khusus untuk terus meningkatkan maksimalisasi akalnya, tidak kurang dari 49 kali dengan seluruh derivasinya untuk melakukan aktifitas tadabbur terhadap Al Quran dan mentafakkuri alam dan seluruh isi jagat raya, maksimalisasi akal (menalar dan berfikir logis) inilah yang akan menjadikan seseorang benar benar Aqil di fase balighnya yang biasa kita sebut dengan dewasa ( baligh tapi akalnya layu tidak menjadikannya dewasa).
Alquran berisi peraduan yang sangat menakjubkan; ayat Al Quran menjelaskan prinsip prinsip ilmu alam dan sosial secara unik sesuai fase penurunannya; Natural Sains fase Makkiyyah sedangkan Sosial Sains fase Madaniyyah menjadikan seseorang yang senantiasa berinteraksi dengan Al Quran mengotomatisasi dirinya memiliki pola keyakinan, pola pandang kehidupan dan pola gerak semua berbasis Al Quran dengan logika dan nalar yang mendalam.
Gaya hidup instan kadang menjadikan kita melihat segala sesuatu menjadi sepele dan malas untuk melatih nalar berfikir secara mendalam sehingga melakukan banyak hal dengan asal asalan bahkan hal yang berbahaya adalah ketika guru dan orang tua hanya sekedar mengajarkan aturan aturan; perintah dan larangan serta pemberian akibat dengan hukuman atas pelanggaran sehingga hal itu menjadikan trauma secara psikologis dan layunya daya fikir dan nalar sehingga lahirlah manusia robot yang hanya taat ketika guru dan orang tua ada dan menjadi hedon dalam komunitas sebayanya.
Libur panjang semester ini memberikan PR banyak bagi kita semua bagaimana agar setiap kita terlatih untuk memaksimalkan nalar dan melatih murid dan anak anak kita agar terbiasa menalar sesuatu sehingga menemukan berbagai ilmu, pelajaran dan hikmah dan terus meningkatkan matra kedewasaan dalam kehidupan, sehingga tidak ada lagi pola hanya sebatas menuntut harus begini dan begitu, menghakimi karena tidak sesuai harapan, akan tetapi bersama sama berkolaborasi dalam kehidupan dan satu dengan yang lainya saling memberikan contoh kebaikan. wallohul musta’an