Oleh: Bunda Nanin Diah Kurniawati. S. Si
Menilik sejarah bahwa sejak abad ke 8 hingga abad ke 13 ternyata Islam sudah mampu memimpin peradaban dunia. Sebuah waktu yang sangat cepat setelah dakwah nabi di Madinah selesai. Sebuah peradaban yang lahir karena ummat islam pada kala itu sangat bersemangat dalam menjalankan isi dan dan kandungan al qur’anul kariim sehingga mendorong manusia untuk beramal shalih dan bersama-sama menegakkan agama.
Namun saat ini, dapat kita lihat bagaimana kondisi umat islam di berbagai penjuru dunia. Banyak orang berpendapat bahwa problem paling mendasar adalah persoalan kemiskinan dan kekuasaan. Jika hal itu benar adanya maka dengan meningkatnya pendapatan dan berhasil direbutnya kekuasaan harusnya sudah bisa menangani persoalan tersebut. Faktanya, banyak negri islam yang kaya dan berkuasa tetapi kebangkitan umat islam belum terjadi.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi umat islam hari ini adalah perang pemikiran (ghazwul fikri) yang dipengaruhi oleh worldview barat. Derasnya arus globalisasi, liberalisasi dan sekularisasi menyebabkan umat islam digiring untuk jauh dari tuhannya, dilemahkan cara berfikirnya, dibiaskan dengan ajaran agamanya sehingga tidak memahami dengan benar apa yang semestinya dijadikan rujukan dalam berfikir dan berperilaku sebagai seorang muslim. Akibatnya, pola pikir umat islam saat ini tidak lagi berpola pikir tauhid akan tetapi melahirkan pola pikir yang sekuler. Malik bin nabi dalam bukunya Membangun Dunia Baru Islam (1994), menyebutnya dengan “problem peradaban”. Problem tentang pola pikir dan mentalitas yang dimiliki oleh setiap bangsa yang membuat bangsa itu bodoh, miskin dan terjajah.
Hal senada juga disampaikan oleh Syed Muhammad Naquib Al attas menegaskan bahwa problematika mendasar yang menjadi penyebab kemunduran kaum muslimin saat ini dapat disederhanakan dengan “the loss of adab”. Hal ini mengacu pada the loss of discipline, kehilangan disiplin raga, disiplin fikiran dan disiplin jiwa. Kehilangan adab akan membawa pada hilangnya keadilan dan diantara dampaknya akan terjadi kebingungan terhadap ilmu dan hirarkinya yang pada akhirnya lahirlah para pemimpin yang tidak memenuhi syarat moralitas, intelektualitas, dan spiritualitas yang tinggi sebagai syarat kepemimpinan.
Istilah worldview pertama kali dipopulerkan oleh seorang filsuf jerman bernama Immanuel kant yang dalam Bahasa jerman dikenal dengan istilah weltanschauung yang menggambarkan cara pandang seseorang tentang objek dunia yang dia amati. Menjadi istilah popular belakangan ini, baik di barat maupun di timur. Di barat berkenaan dengan krisis beragama disebabkan oleh hegemoni sekulerisme yang melembaga sejak masa renaissance. Sementara di timur, diakibatkan oleh agama yang digerus arus globalisasi. Globalisasi yang mengarusutamakan kebudayaan Amerika semakin hari semakin menggerus nilai-nilai agama dan kebudayaan umat islam.
Worldview barat menjadikan rasio dan akalnya sebagai sumber dari segala ilmu pengetahuan. Salah satu karakter kuat pada cara pandang barat ini adalah menjadikan segala sesuatu yang terindrai syang dapat diterima. Mereka pun melihat bahwa alam ini tidak lebih dari sekedar materi. Oleh karena itu, hidup juga adalah bagian dari materi. Yang pada akhirnya munculah pemahaman materialisme. Sebuah pemahaman yang tidak menerima hakikat kecuali materi sebagai satu satunya prasyarat untuk hidup. Karenanya mereka menafikan keberadaan tuhan sebagai factor non empiris dan menganggap tuhan hanya sebagai mitos belaka. Mereka meyakini bahwa alam ini tidak akan berakhir dan tidak ada batasnya. Sehingga segala sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh alat indra tidak mereka yakini.
Sedangkan di dalam islam sumber ilmu pengetahuan merujuk kepada dua hal yaitu akal dan wahyu (khabar shidiq). Akal yang digunakan dikendalikan oleh agama. Sehingga sebagai seorang ilmuwan muslim hendaknya pada saat membaca fenomena alam semesta ini tidak hanya untuk dilihat akan tetapi dibaca dengan menyebut nama tuhan sang maha pencipta. Iqro bismirobbikalladzi kholaq. Wahyu menjadi sumber rujukan/ilmu pengetahuan berupa al quran dan hadits yang digunakan seorang muslim dalam menjalankan fungsinya di muka bumi yaitu sebagai hamba allah dan juga khalifah.
Worldview islam (Islamic worldview) didefiniskan sebagai cara pandang islam terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan berbagai persoalan kehidupan baik yang fisik atau yang metafisik. Tentang realita dan kebenaran juga tentang sebuah nilai (value). Dimana kebenaran itu hanyalah datang dari Allah SWT. Al haqqu min robbika falaa takuunanna minal mumtarin. Jika worldview barat adalah cara pandang seseorang dalam memandang dunia yang terjangkau oleh alat indra maka worldview islam bukan hanya yang dapat terindrai tetapi melampaui apa yang terindra/perkara-perkara yang ghaib. Prof. Naquib al attas mendefiniskan worldview islam dengan ru’yatul islam lil wujud (pandangan muslim terhadap realitas wujud) yang memiliki fungsi penting dalam memandu pikiran, perasaan dan perilaku manusia. Cara pandang yang bukan hanya memandang dunia sebagai bagian yang terpisah dari akhirat.
Memahami Islamic worldview sesungguhnya memahami agama islam itu sendiri. Maka Islam perlu dipahami dengan tepat dan benar meliputi alam dunia dan alam akhirat. Dunia sebagai sebuah periodisasi yang perlu terlewati sebelum akhirat itu kita jalani. Sehingga segala perbuatan yang dilakukan oleh seorang muslim itu harus difahami memiliki nilai di sisi Allah.
Dalam dunia Pendidikan islam, mengkaji Islamic worldview sangat penting karena akan menjadi cikal bakal untuk melahirkan manusia-manusia berperadaban /utuh/bukan manusia yang kerdil. Generasi yang tidak akan mengalami split epistemology (melihat islam dari paradigma barat), dimana ajaran islam tidak terimplementasikan dengan baik yang pada akhirnya melahirkan kemandulan dalam beramal shalih. Islam harus menjelma sebagai sebuah cara pandang dan mentalitas sehingga melahirkan aklaqul kariimah. Jika pemahaman seseorang terhadap agama islam ini benar dan terwujud dalam cara berfikir (Islamic worldview) serta perilakunya, maka hal tersebut yang akan menjadikan peradaban umat islam ini kembali kokoh dan berdiri.
Wallahu a’alam bisshowab.