Penulis: Siti Hajar Fitria, S.Pd. (Guru Sekolah Dasar Islam Terpadu Bunyan Indonesia)
ABSTRAK
Pendidikan model sistem pendidikan Bunyan memiliki terobosan baru bagi bangsa Indonesia dalam mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain, oleh karena itu haruslah pendidikan yang dapat mengembangkan diri secara fitrah dan syar’i, sebagai cerminan implementasi ajaran dan nilai-nilai Islam yang sangat relevan dengan kebutuhan zaman dan masyarakat Indonesia.
Model sistem pendidikan Bunyan terdiri pendidikan interventif dan pendidikan kreatif imajinatif. Pendidikan interventif sebagai pendidikan keluarga, menjadi bekal bagi orang tua dalam mendidik anak-anaknya di rumah berdasarkan Al Islam yang memperhatikan kasih sayang. Model pembelajran kreatif imajinatif yang mengembangkan kreativitas dengan imajinasi ilahiah, tepat diterapkan dalam pendidikan formal di sekolah.
Model sistem pendidikan Bunyan dapat diimplementasikan dalam kurikulum model sitem pembelajaran Bunyan. Implementasi kurikulum model sistem pembelajaran Bunyan terdapat ciri dan karakteristik yang dibedakan menjadi 4 dimensi, yaitu: (1) dimensi framework, (2) dimensi struktur kurikulum, (3) dimensi sistematika operasional kurikulum, dan (4) dimensi strategi pembelajaran.
Framework MSPB terdiri dari 4 bingkai yaitu, falsafah pendidikan Islam, falsafah pendidikan Bunyan, Islamisasi sains, dan pendidikan adab. Struktur kurikulum terdiri Al-Qur’an As Sunnah, literasi, sejarah, pendidikan adab dan sainstek. Dimensi sistematika operasional kurikulum, proses pembelajaran dengan sistem blok dan dikategorikan dengan mata pelajaran utama (MPU), mata pelajaran inti (MPI), dan mata pelajaran pengiring (MPP). Strategi pembelajaran terdiri pendekatan mastery learning, contectual teaching and learning, dan outdoor teaching.
Kata kunci: interventif, kreatif imajinatif, framework, struktur kurikulum, sistematika operasional, strategi pembelajaran.
A. URGENSI PEMBAHASAN
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam aspek kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan bagian usaha memelihara fitrah manusia yang telah diberikan oleh Allah SWT. Pendidikan juga menentukan model manusia seperti apa yang akan dihasilkan. Karena itu kurikulum sebagai rancangan pendidikan atau disebut juga jantungnya sekolah memiliki kedudukan yang cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan, dan turut serta menentukan proses pelaksaanaan hasil pendidikan.
Pengembangan dan penerapan sebuah model sistem pendidikan yang tepat sebagai teknik pembinaan moral sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan kemerosotan moral. Saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa munculnya berbagai fenomena sosial yang sangat memprihatinkan dalam berbagai bentuk kasus kekerasan,kerusuhan, dekadensi moral yang menimpa bangsa ini. Karakter generasi muda sudah berada di titik mengkhawatirkan. Moralitas bangsa ini sudah lepas dari norma, etika, dan agama.
Hal itu disebabkan oleh konsep-konsep yang keliru mengenai usaha pendidikan ada beberapa faktor yang harus diperbaiki, diantaranya kedudukan orang tua dalam mendidik anak-anaknya perlu pemahaman, motivasi dan keterampilan mendidik. Al-Quran dan As Sunnah perangkat nilai untuk mendidik anak sesuai dengan kebenaran yang diajarkan Allah SWT.
Selain lingkungan keluarga, pembentukan generasi Islam yang kokoh perlu didukung oleh pendidikan formal di sekolah. Sekolah perlu menerapkan model pendidikan yang dapat menumbuhkembangkan potensi-potensi anak didik sesuai dengan fitrahnya dan membentuk pribadi manusia yang utuh. Begitu juga dukungan masyarakat sangat diperlukan dalam proses pendidikan karena msyarakat merupakan lingkungan tempat anak bersosialisasi dan mengaktualisasikan diri. Oleh karena itu, baik keluarga maupun sekolah harus bekerjasama dengan masyarakat agar dapat menciptaka lingkungan yang kondusif bagi pendidikan anak.
Terkait rancangan pendidikan formal yaitu berupa kurikulum pendidikan pada saat ini diberbagai sekolah lebih mendominasikan rancangan kurikulum yang belum mengoptimalkan terhadap karakter siswa dan proses pembelajaran yang belum mengintegrasikan atau menghubungkan muatan pembelajaran dengan falsafah keislaman. Begitu juga di Negara kita, perubahan kurikulum dari tahun ke tahun selalu berganti-ganti. Apabila kurikulum tidak memiliki keutuhan yang baku akan membawa dampak terhadap perkembangan generasi.
Model Sistem Pendidikan Bunyan yang dapat dijadikan solusi atas permasalahan-permasalahan kemerosotan moral pada saat ini, dan juga sebagai racangan proses pendidikan yang lebih mengetenghkan untuk membentuk individu-individu berkualitas serta berada di jalan Allah SWT yaitu melalui Kurikulum Model Sistem Pembelajaran Bunyan. Pada makalah ini akan membahas Implementasi Kurikulum Model Sistem Pembelajaran Bunyan.
B. PEMBAHASAN
- Konsep Model Sistem Pendidikan Bunyan
Model merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan mendidik. Istilah sistem dimaksudkan sebagai suatu keseluruhan yang tersusun berbagai bagian. Pendidikan merupakan usaha untuk menjaga fitrah dan terus menjaga kesuciannya. Pendidikan juga dimaksudkan sebagai cara untuk mencapai martabat kemanusiaan agar dapat menjadi pribadi utuh, menjadi insan sosial, dan menjadi abdi Allah SWT. Kata “Bunyan” diambil dari firman Allah SWT dalam Al Quran surat Ash Shaff ayat 4, “bunyanun marshushun”, yang bermakna suatu bangunan yang tersusun rapi dan kokoh. (Djauharah, 2007).
Model Sistem Pendidikan Bunyan memiliki hubungan keterkaitan untuk mencapai tujuan pendidikan. Bangunan kekuatan yang kokoh dan rapi diibaratkan sebagai generasi yang dibangun melalui pembentukan individu dengan pembinaan seluruh aspek yang akhirnya terbentuk manusia seutuhnya. Model Sistem Pendidikan Bunyan terdiri atas Model Sistem Pendidikan Informal yaitu Model Sistem Pendidikan Interventif dan Model Sistem Pendidikan Formal yaitu Model Sistem Pendidikan Kreatif Imajinatif.
Model Sistem Pendidikan Bunyan |
Pendidikan Informal |
Model Sistem Pembelajaran Interventif |
Pendidikan Formal |
Model Sistem Pembelajaran Kreatif Imajinatif |
Dewasa Moral di Usisa 15 Tahun |
Akhlak Mulia, Cerdas, Kreatif Imajinatif |
Manusia Seutuhnya |
- Konsep Model Sistem Pendidikan Interventif
Penerapan Model Sistem Pendidikan Interventif merupakan usaha untuk mempersiapkan lingkungan keluarga untuk menghadirkan individu-individu berkualitas. Lingkungan keluarga merupakan madrasah pertama dan orang tua sebagai pendidik utama dan pertama untuk mendapatkan bekal agar dapat menciptakan pendidikan yang tepat untuk generasi yang memiliki moral sesuai dengan moral Islam. Model ini, mengacu pada pembinaan fitrah sehingga pada usia 15 tahun diharapkan sudah menjadi dewasa secara moral. Dalam buku Model Sistem Pendidikan Bunyan terdapat gambar untuk menghadirkan bagian-bagian spesifiknya.
Pada gambar di atas menunjukkan bagian-bagian warna yang memiliki arti, begitu juga disetiap pembatas tiap bagian bergaris merah muda menunjukkan bahwa anak selalu membutuhkan cinta dan kasih sayang sebagai penyeimbang dalam kemampuan berpikirnya. Penanaman dan pembinaan karakter yang mampu bersimpati dengan perasaan orang lain, dan berempati terhadap lingkungan dan akhlak mulia sebagai cerminan orang berpendidikan.
Pendidikan Interventif melibatkan peran orang tua dan peran anak untuk proses pembinaannya. Bentuk pembinaan terdiri pembinaan Al Islam dan pembinaan fitrah baik pembinaan untuk orang tua maupun pembinaan untuk anak. Pembinaan Al Islam merupakan pembinaan yang sangat penting karena penanaman berupa nilai-nilai akidah, dilanjutkan dengan arahan pembiasaan ibadah, disertai dengan bukti yaitu bermuamalah. Sedangkan pembinaan fitrah yang terdiri pembinaan kognisi, afeksi, dan psikomotor. Pendidikan Interventif memiliki keterpaduan menjadi 6 sifat asasi orang tua yaitu berilmu, taqwa, ikhlas, santun, tanggung jawab, dan sabar. 6 sifat asas tersebut dimaksudkan setiap orang tua merupakan cermin bagi anak-anaknya dalam memaknai kearifan suatu sikap.
Pelaksanaan pendidikan anak pertama dan terutama dilaksanakan oleh orang tua di dalam keluarga. Masalah kehidupan bangsa, tingkah laku serta moral mereka tidak dapat kita lepaskan dari pendidikan keluarganya. Tingkah laku pemuda maupun anak-anak dalam pergaulan sehari-hari merupakan cerminan keadaan kehidupan keluarga mereka.
Model Sistem Pendidikan Interventif berupaya mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam pendidikan informal di rumah agar anak mencapai kedewasaan moral. Pembinaan moral diselenggarakan dalam rangka pembinaan sumber daya berkualitas sebagai upaya dan cara utama dalam mengatasi masalah ummat.
Namun perlu diingat bahwa pendidikan agama Islam di rumah yang dimaksud dalam model ini bukanlah sekedar melaksanakan ritual peribadatan. Model sistem pendidikan interventif memuat pendidikan untuk beragama dalam arti yang sebenarnya, meliputi pemantapan keyakinan (aqidah), melaksanakan peribadatan baik ritual maupun pemahaman kaidah (ibadah) serta pelaksanaan dan implementasi dari pemahaman arti ibadah yang berbentuk pelaksanaan perbuatan terhadap lingkungannya (muamalah).
Selain itu Model Sistem Pendidikan Interventif merupakan suatu model pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan orang tua dalam meningkatkan cara pendidikan anak-anaknya. Suatu model mengajar-belajar bagi orang tua sesuai dengan minat dan pengetahuan yang telah dimilikinya. Suatu model pembinaan terkoordinasi, terarah dan dapat diselenggarakan secara berkelanjutan oleh semua keluarga Indonesia yang beragama Islam. Suatu bentuk mekanisme kerja sesuai dengan kegiatan pembangunan yang diarahkan untuk mengatasi masalah penghayatan dan pengamalan iman Islam.
Model Sistem Pendidikan Interventif adalah model yang mengacu pada pemeliharaan fitrah anak. Dengan demikian model ini akan mengantarkan anak agar menjadi makhluk relijius yang selalu melakukan hubungannya dengan Allah atau habluminallah dan makhluk sosial yang selalu melaksanakan hubungan kemanusiaan atau habluminannas. Kurikulum pada model sistem pendidikan interventif dirancang dengan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.
Dalam Islam, di usia 15 tahun, seorang anak sudah mencapai kedewasaannya. Anak sudah mampu membedakan mana yang boleh mana yang tidak boleh, dan dapat menentukan mana yang baik dan tidak baik. Kedewasaan dapat terlihat dari pola pikir, ucapan, sikap. Bahkan, pada zaman Rasulullah SAW, seorang anak yang telah berusia 15 tahun, sudah diizinkan untuk ikut serta dalam peperangan.
- Konsep Model Sistem Pembelajaran Kreatif Imajinatif
Model Sistem Pembelajaran Kreatif Imajinatif merupakan model pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah. Model ini mengacu pada pengembangan kreativitas dengan Imajinasi Ilahiah yang bertujuan membentuk anak menjadi anak berkahklak mulia, cerdas, dan kreatif imajinatif. Berprikir dan berperilaku kreatif dapat menjadikan seorang anak menjadi kepribadian unggul. Anak dapat berpikir secara luwes dan tertantang dengan hal-hal baru. Seorang yang kreatif memiliki terobosan untuk menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru, memiliki berbagai gagasan dan memecahkan masalah. Sedangkan anak yang memiliki imajinasi atau daya cipta yang terbingkai dengan Imajinasi Ilahiah yaitu lillah (untuk Allah), billah (bersama Allah), dan ilallah (kepada Allah), maka aktivitas yang dilakukan seseorang hanyalah untuk pengabdian terhadap Allah, sesuai ketentuan Allah dan bertujuan hanya mengharap ridha Allah. Apabila anak mampu berimajinasi dengan keimanan, ia akan menjadikan kreativitas bernilai sebagai ibadah dan akan menghasilkan kreativitas yang bermanfaat.
Pada gambar diatas dapat menggambarkan tiap-tiap lempengan yang dapat divisualisasikan berupa cermin dengan sisi saling berhadapan dan lahirnya model sebagai tujuan pendidikan yatu akhlak mulia, cerdas, kreatif imajinantif. Proses penanaman kecerdasan spritual anak sejak dini merupakan fondasi dasar yang dapat menjiwai konsep diri atau karakter anak, kemudian dilanjutkan dengan kecerdasan intelektual dan emosional. Begitu juga ranah kognisi permulaan seorang anak untuk mengenal semua yang ditemuinya melalui penalaran, dilanjutkan dengan afeksi dan psikomotor.
Kurikulum SD masa penalaran dan keterampilan pada usia 6-12 tahun. Pada masa ini seorang anak dapat dibekali ilmu dan keterampilan yang tidak terbatas pada lingkup keluarga atau sekolah ataupun masyarakat. Pembekalan dan pemantapan ranah anak, yaitu ranah kognisi, afeksi, dan psikomotor. Daya nalar anakpun penting untuk dilengkapi dengan kemampuan lain yaitu keterampilan hidup atau life skill. Anak perlu dididik hidup mandiri dan beradaptasi dengan lingkungannya.
- Implementasi Kurikulum Model Sistem Pembelajaran Bunyan
Implementasi adalah proses penerapan/ pelaksanaan suatu ide/gagasan atau program yang terencana dilakukan dengan sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma untuk mencapai tujuan kegiatan. Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa inggris yaitu kata curriculum yang berarti rencana pelajaran. Menurut Soedijarto, kurikulum merupakan serangkaian pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan untuk diatasi oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan yang berwenang. Adapun di Indonesia, dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat (19), menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum Model Sistem Pembelajaran Bunyan (KMSPB) merupakan turunan dari Model Sistem Pendidikan Bunyan sebagai perangkat perencanaan pendidikan formal sesuai dengan falsafah pendidikan Bunyan yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Ciri dan karakteristik kurikulum model sistem pembelajaran Bunyan memiliki 4 dimensi/cluster, diantaranya:
- Dimensi Framework atau Paradigma Pendidikan
Framework |
Falsafah Pendidikan IslamFalsafah Pendidikan SBIIslamisasi SainsPendidikan Adab |
- Falsafah Pendidikan Islam
Menurut DR. Majid Irsan Al – Kilani dalam buku Falsafah Tarbiyah Islamiyah, tujuan pendidikan Islam ialah sampainya peserta didik pada derajat unggul sebagai manusia atau derajat ahsanu taqwim. Derajat ahsanu taqwim dapat dicapai apabila terjalin hubungan atau pola interaksi antara dirinya dengan “Al- Khaliq” (Allah), Al – Kaul (alam semesta), Al – Ihsan (sesama manusia), kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
- Ibadah (hubungan manusia dengan Allah)
Ibadah merupakan segala hal yang dilakukan oleh manusia baik berupa perkataan, pikiran, perbuatan, perasaan yang melibatkan Allah juga diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya. Ibadah hal yang paling mendasar dalam tujuan penciptaan manusia. Tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi hanyalah untuk beribadah kepada Allah dan sebagai abdi Allah SWT. Dengan demikian, dalam mendidik, membina, dan meneruskan generasinya harus didasari pengabdian kepada Allah SWT semata.
- Implementasi hubungan Ibadah dalam proses pembelajaran
Pada dasarnya setiap anak dilahirkan sudah membawa fitrah beragama, dan fitrah tersebetu berkembang dengan pendidikan. Dasar-dasar pendidikan agama harus tertanam sejak anak masih kecil. Proses pembelajaran terhadap siswa agar mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual dan emotional keagamaan. Yang mana pembelajaran mempunyai arti membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses sehingga mendapatkan penanaman aqidah keimanan, amaliah, budi pekerti dan akhlak mulia untuk menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Dalam kurikulum model pembelajaran Bunyan terdapat struktur kurikulum mata pelajaran utama (MPU) salah satunya Pendidikan Agama Islam, dan Al- Qur’an, karena mata pelajaran terssebut merupakan mata pelajaran yang diutamakan untuk pembekalan spritual. Namun pendidikan Agama Islam bukan hanya sebatas suatu pelajaran secara teoritis saja, melainkan lebih penanaman nilai-nilai spritual melalui pengamalan ibadah sebagai wujud nyata amal dan pada akhirnya adalah muamalah, yaitu pengaplikasian amalan pada kehidupan nyata dalam sosial kemasyarakatan. Pengamalan ibadah yakni perbuatan yang dilakukan seorang hamba sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan taat melaksanakan segala perintah dan anjurannya serta menjauhi segala larangannya.
Dimensi ibadah terdiri dari 3 yaitu dimensi agama (hablun minallah), dimensi sosial (hablun minannas), dan dimensi kauniy alam semesta (hablun bil kaun). Keseimbangan hubungan vertikal dan hubungan horizontal ditandai dengan seimbangnya hubungan vertikal yang berkaitan langsung dengan Allah yaitu hablun minallah dan hablun minannas yang berhubungan dengan sesama manusia.
Sebagai implementasinya dalam proses pembelajaran contohnya ketika pembelajaran materi zakat, guru menjelaskan juga hubungan materi tersebut terdapat hubungan kepada Allah dan hubungan kepada sesama manusia. Zakat merupakan simbol hubungan vertikal dan horizontal, hubungan vertikal (hablun minallah) merupakan bentuk ibadah untuk membersihkan jiwa sedangkan hubungan horizontal (hablun minannas) bahwa dengan zakat dapat membantu sesama manusia bentuk kepedulian sosial. Bahkan selain zakat, kita dapat mengambil contoh ibadah solat, solat bisa kita gambarkan sebagai mi’raj kita. Solat yang hablun minnallah adalah salat yang menjauhkan kita dari tindakan yang munkar, yang mana hal tersebut juga menggambarkan keseimbangan hubungan vertikal dan horizontal.
- Alam Semesta
Hubungan manusia dengan alam semesta disebut taskhir, dalam dimensi ibadah termasuk dimensi kauniyah. Allah SWT menciptakan alam semesta Alam akan melayani manusia secara GRATIS kalau manusia mengetahui aturan dan hukum alamnya yang Allah ciptakan serta mampu mengaplikasikannya. Semakin banyak pengetahuan dan kemampuan manusia mengenai aturan dan hukum alam itu semakin besar pelayanan alam kepada manusia.
Keadaan alam ini dipengaruhi dengan amal, sedangkan amal dipengaruhi oleh iman. Bila iman betul, maka Allah akan memberikan keberkahan dari atas langit dan dari bawah bumi, sebaliknya apabila iman rusak, maka amal manusia menjadi buruk, dan amal itu akan terangkat ke langit, lalu Allah SWT turunkan kembali ke bumi berupa bencana. Dapat dicontohkan dari kisah Qobil, pada zaman dahulu semua buah-buahan manis, tidak ada yang beracun dan berduri. Ketika Qobil menumpahkan darah di muka bumi dengan membunuh adiknya sendiri Habil, maka dengan qudrat dan iradahNya, Allah SWT mengubah buah-buahan itu sebagian ada yang pahit, berduri dan beracun. Berapa banyak orang yang keracunan dan terkena duri hingga hari kiamat akibat ulah Bani Israil, sampai hari ini umat akhir zaman terkena dampaknya.
- Implementasi hubungan manusia dengan alam dalam proses pembelajaran
Implementasi hubungan manusia dengan alam dalam proses kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan belajar mengajar di luar kelas (outdour learning/ outing class). Mengajar di luar kelas merupakan kegiatan belajar mengajar yang melibatkan alam terbuka secara langsung untuk dijadikan sumber belajar. Metode mengajar di luar kelas lebih mengupayakan untuk mengajak bereksplorasi dengan sumber belajar yang sesungguhnya, yaitu alam dan masyarakat. Di sisi lain, mengajar di luar kelas upaya untuk melakukan tafakur alam yaitu perbuatan yang diperintahkan dalam agama dan untuk merenungkan berbagai fenomena alam atau kekuasaan Allah. Pentingnya memikirkan fenomena alam semesta untuk menambahkan keimanan kepada Allah dalam rangka mengasah kecerdasan intelektual dan spiritual. Hal ini diharapkan bisa diterapkan untuk siswa-siswi SDIT Bunyan Indonesia sehingga menjadi orang yang mampu menyayangi, merawat, dan menjaga alam dengan baik. Orang yang mampu mensyukuri karunia Allah.
- Sesama Manusia
Hubungan manusia dengan sesama manusia dapat dibuktikan dengan amal perbuatan. Kehidupan manusia tidak terlepas dengan dari dua hubungan, yaitu hablun minallah hubungan manusia dengan Allah dan hablun minannas hubungan manusia dengan sesama manusia. keberhasilan hidup manusia dapat dilihat dari dua hubungan tersebut. Manusia yang baik akan menjadikan manusia seutuhnya, baik hubungan kepada Allah maupun hubungan sesama manusia. Akan tetapi, manusia yang hanya saja berhasil sebagai makhluk sosial, belum tentu berhasil sebagai makhluk religius.
Hubungan manusia dengan sesama manusia dapat dilakukan dengan perbuatan adil dan ihsan. Adil memiliki peran sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat dimana kehidupan akan seimbang dengan adanya keadilan. Semua orang mengerti akan pentingnya adil walaupun ia adalah orang yang paling zolim sekalipun, karena, sifat adil adalah sifat mulia yang disukai oleh semua, baik kawan maupun lawan. Ihsan merupakan tingakatan tertinggi perbuatan seseorang untuk melakukan kebaikan dan menahan diri dari dosa. Dalam sabda Rasulullah SAW, “Ihsan adalah kamu menyembah Allah seakanakan melihat-Nya, jika kamu tidak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.” Adil dan Ihsan diawali dari diri sendiri, keluarga, kerabat dekat, umat bangsa, dan kemanusiaan.
- Implementasi hubungan manusia dengan sesama manusia
Implementasi hubungan manusia dengan sesama manusia dapat diterapkan dimanapun dan kapanpun. Dalam dunia pendidikan, misalnya, seorang guru dan siswa juga dituntut untuk berbuat adil di dalam kelas dan dalam hubungannya dengan apapun yang bersifat akademik. Kewajiban seorang guru adalah mengajar, menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan ketentuan kurikulum, memberikan latihan-latihan, melaksanakan ujian, memberi umpan balik pada pekerjaan siswa, mengoreksi, memberi nilai, dan mendidik siswa menjadi lulusan yang mumpuni di bidangnya menurut tingkatan pendidikan masing-masing. Sedangkan kewajiban siswa adalah mengikuti proses pembelajaran, mengikuti instruksi yang diberikan guru, mengerjakan latihan, mengerjakan tes dengan jujur, dan menerima hasil ujian.
Dalam pola interaksi guru dan siswa, apa yang menjadi kewajiban siswa adalah hak guru, demikian juga sebaliknya apa yang menjadi kewajiban guru adalah hak siswa. Meskipun terlihat sederhana, berbuat adil di dalam kelas dan dalam interaksi antara guru dan siswa tidaklah mudah. Disiplin, misalnya, menjadi kewajiban baik guru dan siswa. Jika keduanya menerapkan disiplin, keduanya akan mendapatkan hak yang sama. Jika guru masuk kelas tepat waktu, siswa akan mendapatkan hak belajar yang seharusnya. Demikian sebaliknya, jika siswa tepat waktu, guru pun dapat melakukan tugas mengajarnya sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan. Namun, jika salah satu pihak tidak melakukan kewajiban tersebut, akan ada pihak yang dirugikan. Contoh kasus lain adalah kewajiban guru dalam memberi umpan balik atas kemajuan belajar siswa. Saat umpan balik tidak diberikan, siswa tidak dapat belajar dengan maksimal. Jika siswa tidak mengumpulkan tugas, guru pun tidak dapat menjalankan kewajiban dengan baik.
- Kehidupan Dunia
Allah SWT menciptakan dunia beserta isinya dan terlepas dari itu semua, Allah menciptakan dunia untuk tujuan tertentu. Kehidupan dunia seringkali membuat manusia terlena dan tidak mengingat bahwa kehidupan tersebut tidaklah abadi. Dalam kehidupan dunia, manusia melewati fase-fase tertentu dan dalam setiap fase kehidupan tersebut manusia mengalami berbagai macam hal. Tugas utama manusia di muka bumi ini hanyalah untuk beribadah semata. Segala materi ujian dan cobaan yang diberikan kepada manusia dalam kehidupan dunia ini adalah melaksanakan semua tugas ibadah dengan tiga dimensinya: dimensi agama, sosial, dan alam semesta.
Manusia pada saat dilahirkan tidak mempunyai ilmu apapun, oleh karena itu agar manusia mampu mengemban tugas tersebut, Allah swt memberikan alat dan sarana yang berupa panca indera dan akal pikiran serta hati nurani untuk mempergunakan mendapatkan ilmu. Manusia memperoleh ilmu harus belajar dan atau mengajar dalam suatu sistem yang disebut pendidikan. Dalam sistem pendidikan di manapun akan terjadi interaksi antar pihak murid dengan guru, atau antara pihak yang yang berusaha memperoleh ilmu dengan pihak yang menyampaikan ilmu. Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dengan dilengkapi berbagai fasilitas dan sarana yang memadai. Namun juga manusia di beri tugas, peran dan tangggung jawab yang kemudian pada akhirnya akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
- Kehidupan Akhirat
Siklus kehidupan manusia bermula dari tidak ada, kemudian diadakan kembali dari dari alam dunia dan dihidupkan lagi pada kehidupan yang berbeda, yaitu kehidupan akhirat. Dalam arti manusia hidup di dunia ini tidak akan selamanya, melainkan hanya sebatas persinggahan untuk menuju kehidupan berikutnya yaitu kampong akhirat.Dalam hal fisik, manusia asalnya sangat lemah, kemudian Allah berikan kekuatan dan akan kembali lemah bahkan tidak berdaya. Jaditujuan pendidikan Islam sesuai dengan konsep siklus kehidupan dunia dan akhirat. Sehingga pendidikan Islam tidak hanya bertujuan mencetak manusia yang berilmu, tetapi juga beriman dan berakhlak. Pendidikan Islam tidak hanya mempersiapkan manusia untuk mampu mengarungi kehidupan dunia, tapi juga menyiapkan untuk kehidupan akhirat kelak.
Pakar pendidikan Zulfikri Anas mengemukakan, pendidikan pada hakikatnya adalah seni meyakinkan peserta didik bahwa mereka berada di tempat yang tepat, bersama orang yang tepat, dan belajar sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupannya saat ini dan esok. Peserta didik harus diyakinkan bahwa di sekolah mereka akan mendapatkan ilmu yang akan menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat nanti. Untuk itu, sebagai pendidik kita harus memiliki keyakinan penuh bahwa mengaktualisasikan prinsip-prinsip Islam dalam proses pembelajaran di semua kegiatan adalah tindakan penyelamatan, diri, keluarga, bangsa, dan Negara.
- Falsafah Pendidikan SBI
- Islamisasi Sains
Islamisasi sains merupakan salah satu upaya mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam ilmu pengetahuan. Tujuan dari islamisasi sains adalah berupaya memecahkan masalah-masalah yang timbul karena perjumpaan antara Islam dengan sains modern sebelumnya atau akibat dikotomi antara imu pengetahuan dengan agama yang dipengaruhi oleh paham sekuler atau barat. Progam Islamisasi Sains ini menekankan pada keselarasan antara Islam dan sains modern tentang sejauhmana sains dapat bermanfaat bagi umat Islam. Dengan adanya Islamisasi Ilmu Pengetahuan akan mampu menghilangkan keraguan dalam menekuni suatu ilmu dan menyadari baru ilmu pengetahuan berasal dari islam itu sendiri dan membebaskan manusia dari paham-paham sekulerisme barat serta untuk menghilangkan dikotomi antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum / sains.
Implementasi Islamisasi sains dalam proses pembelajaran di SDIT Bunyan Indonesia muatan materi pelajaran yang mengadopsi pada kurikulum dinas (Kurikulum 2013) diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam, baik secara isi konten modul pembelajaran maupun secara konteks guru menyampaikan materi. Adapun metode pembelajaran sains Islami diantaranya:
- Menerapkan adab-adab belajar Islam
- Mengaitkan Allah dengan fenomena alam
- Mengoreksi teori yang bertentangan Islam
- Memperkaya materi ajar dengan sejarah kegemilangan peradaban Islam dan ilmuwan Muslim
- Mengaitkan dengan Al – Qur’an dan Hadits yang relevan
- Mengaitkan pengajaran sains dengan ajaran Islam
- Pendidikan Adab
Pendidikan adab bukan pengajaran tentang adab, bukan sekedar pembiasaan, tetapi pendidikan adab berakar pada ilmu, fitrah dan amal. Nilai-nilai adab bisa diajarkan dalam mata pelajaran khusus, tetapi penanaman adab perlu latihan dan keteladanan. Pendidikan adab bukan ranah akal, tetapi ranah hati. Proses penanaman adab seseorang harus dimulai dari tazkiyatun nafs (penyucian diri), karena dengan hati bersih manusia akan mudah menerima ilmu dan mudah melakukan keadilan.
Pendidikan adab di sekolah Bunyan Indonesia menerapkan 7 karakter dasar, yaitu jujur, disiplin, mandiri, peduli, adil, kerjasama, hormat. 7 karakter tersebut merupakan nilai-nilai dasar adab yang perlu penanaman sejak kecil. Dalam proses pembelajaran pun tidak hanya sebatas mata pelajaran, tetapi lebih penerapan dan memasukkan dalam setiap materi pelajaran.
- Dimensi Struktur Kurikulum
Struktur Kurikulum |
Al Qur’an dan As SunnahLiterasiSejarahPendidikan AdabSainstek |
- Al Qur’an dan As Sunnah
Al – Qur;an dan As Sunnah merupakan pedoman dari segala ilmu. Ilmu-ilmu yang akan dipelajari merupakan rujukan dari Al-Qur’an dan As Sunnah. Begitu juga proses pembelajaran Al-Quran dan As Sunnah merupakan bagian bingkai iman. Tilawah harus diawali dengan membacakan ayat/intisari ayat yang menjadi bingkai filosofis materi yang akan diajarakan. Bentuknya potongan ayat, potongan hadits, qoul ulama, syair, gurindam, pantun, pepatah, nasyid, puisi, kisah pendek. Tidak harus berbeda setiap tema/sub tema. Boleh mengulang-ulang konten tilawah yang ada. Selain tilawah dalam bingkai iman pun ada tazkiyah menyampaikan pesan penyucian jiwa yang harus dimiliki dan dihadirkan semala belajar dan setelahnya. Bentuknya berupa nasihat singkat, do’a belajar terpimpin, membaca surat al-fatihah. Salah satu contoh bingkai iman dalam modul mata pelajaran matematika materi bilangan.
- Literasi
Budaya literasi ini sangat erat kaitannya dengan dunia pendidikan, bahkan ada yang mengatakan budaya literasi tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Penguasaan literasi merupakan indikator penting untuk meningkatkan prestasi generasi muda dalam mencapai kesuksesan. Penanaman budaya literasi harus dilakukan sedini mungkin terutama pada siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Dengan penerapan budaya literasi sedini mungkin diharapkan mampu menjadi modal utama dalam mewujudkan bangsa yang cerdas dan berbudaya.
- Sejarah
Implementasi sejarah dalam proses pembelajaran merupakan salah satu bagian mata pelajaran inti, dimana mata pelajaran sejarah dapat dikategorikan dengan sejarah nasional dan sejarah peradaban Islam. Sejarah nasional maupun sejarah peradaban Islam merupakan bagian penting yang tidak mungkin dipisahkan dari kehidupan kaum Muslimin dari masa ke masa khususnya bagi pendidikan di sekolah. Memahami sejarah dengan baik dan benar, baik guru maupun siswa bisa bercermin untuk mengambil banyak pelajaran dan membenahi kekurangan atau kesalahan mereka guna meraih kejayaan dan kemuliaan dunia dan akhirat. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan atau peradaban Islam dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam sejarah di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW hingga masa modern ini, termasuk masyarakat Islam di Indonesia. Dalam kata lain, Sejarah peradaban Islam merupakan mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Islam dari masa lampau hingga masa kini.
- Pendidikan adab
Pendidikan adab dalam kurikulum model sistem pembelajaran Bunyan menerapkan 7 karakter Bunyan (jujur, disiplin, mandiri, peduli, adil, kerjasama, hormat). Pendidikan adab diterapkan dalam muatan materi pelajaran yaitu bina adab. Bina adab tersebut menyampaikan dan menginterbalisasikan satu atau dua dari 7 karakter dasar SBI yang berkaitan dengan materi ajar dan diaplikasikan dalam bingkai amanah akhlak mulia. Salah satu penerapan bina adab pada pelajaran matematika di bawah ini:
- Sainstek
Pendidikan di bidang sains dan teknologi merupakan bagian penting dalam kemajuan suatu bangsa. Pada era globalisasi seperti sekarang ini kemandirian suatu bangsa, maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh sejauh mana bangsa tersebut menguasai sains dan teknologi. Sains, Teknologi, dan seluruh ilmu pengetahuan lainnya sebenarnya bermuara pada satu sumber, yaitu dari Allah SWT. Allah akan memberi ilmu kepada orang-orang yang bersungguhsungguh mencarinya lewat berbagai cara penelitian, pengkajian, dan pengajian di manapun di alam ini.
- Dimensi Sistematika Operasional Kurikulum
Terdapat mata pelajaran yang dapat mudah dipahami jika siswa telah mempelajari mata pelajaran lainnya yang lebih mendasar. Pelajaran Bahasa yang memiliki target penguasaan skill akan lebih baik jika dipelajari dan dilatihkan secara fokus. Oleh karenanya, pembelajaran Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dilaksanakan tidak berbarengan, tapi berurutan. Pelajaran-pelajaran BASS (Basic Application Science Skill) diutamakan dari pelajaran-pelajaran SASS (Specific Application Science Skil)l. Ilmu-ilmu fardu ‘ain diutamakan dari ilmu-ilmu fardu kifayah.
Sistematika Operasional Kurikulum |
Proses pembelajaran sistem blok. Waktu pembelajaran dalam 1 tahun dibagi 4 siklus. (1 siklus/ 3 bulan).Kategori Mata pelajaran dibagi dua: Mapel BASS dan Mapel SASS. Dari dua kategori ini dibagi menjadi 3 jenis:Mata palajaran Utama, mata pelajaran BASS yang diajarkan secara ekstensif (lintas Siklus).Mata pelajaran Inti, mata pelajaran BASS yang diajarkan secara intensif (selesai dalam satu siklus).Mata pelajaran Pengiring, mata pelajaran SASS yang specific dan diajarkan secara intensif/ ekstensif (selesai dalam satu siklus/ lintas siklus) |
REKAPITULASI STRUKTUR KURIKULUM | |||
SDIT BUNYAN INDONESIA | |||
TAHUN PELAJARAN 2021/2022 | |||
KELAS BAWAH | |||
NO | KATEGORI | BIDANG STUDI | JUMLAH TATAP MUKA/ PEKAN |
1 | MPU | Tilawati + Kitabati | 5 TM |
2 | Tahfidz + Terjemah | 5 TM | |
3 | PAI + Assunah | 1 TM | |
4 | MPI | Bahasa Indonesia | 4 TM |
5 | Bahasa Arab | 4 TM | |
6 | Matematika | 4 TM | |
7 | Sejarah Peradaban Islam & Sejarah Indonesia | 4 TM | |
8 | MPP | PJOK | 1 TM |
9 | Assembly | 1 TM | |
10 | SBK | 1 TM |
KELAS ATAS | |||
NO | KATEGORI | BIDANG STUDI | JUMLAH TATAP MUKA/ PEKAN |
1 | MPU | Tilawati + Kitabati | 5 TM |
2 | Tahfidz + Terjemah | 5 TM | |
3 | PAI + Assunah | 1 TM | |
4 | Bahasa Arab | 1 TM | |
5 | MPI | Bahasa Indonesia | 4 TM |
6 | Matematika | 4 TM | |
7 | Sejarah Peradaban Islam & Sejarah Indonesia | 4 TM | |
8 | IPA | 4 TM | |
9 | IPS | 4 TM | |
10 | MPP | Memanah | 5 TM |
11 | Kaligrafi | 1 TM | |
12 | Assembly | 1 TM | |
13 | Lifeskill 1. Menata ruangan 2. Melipat baju 3. Mencuci baju (tangan) 4. Mengatur jadwal harian 5. Mading | 1 TM |
- Dimensi Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran |
Pendekatan Mastery learning (pembelajaran tuntas dan menguasai )Pendekatan Contectual TeachingPendekatan Outdoor Teaching |
- Pendekatan Mastery Learning
Belajar tuntas mastery learning adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajar dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Jadi, dalam menggunakan model pembelajaran mastery learning ini siswa dapat menguasai penuh materi ajar yang sudah diajarkan guru dalam proses pembelajaran.
Menurut Istiarsono, implementasi mastery learning dalam proses pembelajaran, sesuai dengan peranannya yang sangat penting, para guru mempunyai tugas-tugas pokok dalam mengelolah, merencanakan, mengevaluasi, dan membimbing kegiatan belajar mengajar dengan sebaik-baiknya disamping memahami siswa dengan segala karakteristiknya, mengetahui tujuan apa yang harus dicapai setelah adanya proses pembelajaran sehingga terjadi proses pengalaman belajar yang baik. Pada tahap implementasi ini ada 3 hal penting yang harus diperhatikan dalam mastery learning, yakni perencanaan, pelaksanaan dan remedi. Berikut ini dijelaskan masing-masing dari butir tersebut :
- Perencanaan mastery learning
- Merumuskan tujuan pembelajaran.
- Mempersiapkan alat evaluasi, yang hasilnya nanti akan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
- Menjabarkan atau memecahkan materi pelajaran menjadi suatu urutan mata pelajaran yang kecil.
- Mengembangkan prosedur koreksi dan umpan balik bagi setiap mata pelajaran.
- Menyusun tes diagnostik kemampuan belajar.
- Mengembangkan suatu himpunan materi pengajaran alternatif atau learning corrective sebagai alat untuk mengoreksi hasil belajar, yang bersumber pada setiap pokok uji satuan tes.
- Setiap siswa harus menemukan kesulitannya sendiri dalam mempelajari bahan pengajaran. Siswa harus bisa menemukan cara belajar alternatif mengenai bahan yang belum dikuasainya, kemudian memilih cara belajarnya sendiri.
- Pelaksanaan Mastery Learning
- Kegiatan orientasi
Kegiatan ini mengorientasikan siswa terhadap strategi mastery learning yang berkenaan dengan orientasi tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dalam jangka waktu satu semester dan cara belajar yang harus dilakukan oleh siswa.
- Kegiatan pembelajaran
- Penentuan tingkat penguasaan bahan.
- Memberitahukan atau melaporkan kembali tingkat penguasaan mata pelajaran setiap siswa.
- Pengecekan keefektifan keseluruhan program. Keefektifan strategi mastery learning ditandai berdasarkan hasil yang dicapai oleh siswa, yakni berapa persen siswa yang mampu mencapai tingkat mastery.
- Pelaksanaan remedial, pengayaan dan percepatan proses pembelajaran
- Pendekatan Contectual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan contectual teaching adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan eratdengan pengalaman sebenarnya. Dalam model pembelajaran CTL siswa diajak untuk menemukan sendiri materi pelajaran berdasarkan pengalaman siswa yang diperoleh melalui kegiatan pembelajaran yang sesuai. Pembelajaran CTL melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu siswa untuk mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi.
Langkah-langkah implementasi CTL dalam proses pembelajaran di kelas:
- Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
- Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik.
- Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
- Menciptakan masyarakat belajar
- Menghadirkan model sebagia contoh belajar
- Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
- Melakukan penialain dengan berbagai cara.
- Pendekatan Outdour Teaching
Menurut Adelia Vera mengajar di luar kelas (outdour teaching) bisa kita pahami sebagai suatu kegiatan menyampaikan pelajaran di luar kelas, sehingga kegiatan atau aktivitas belajar mengajar berlangsung di luar kelas atau di alam bebas. Metode mengajar di luar kelas merupakan upaya mengajak lebih dekat dengan sumber belajar yang sesungguhnya, yaitu alam dan masyarakat. Di sisi lain, mengajar di luar kelas merupakan upaya mengarahkan para siswa untuk melakukan aktivitas yang bisa membawa mereka pada perubahan perilaku terhadap lingkungan sekitar. Jadi, mengajar di luar kelas lebih melibatkan siswa secara langsung dengan lingkungan sekitar mereka, sesuai dengan materi yang diajarkan. Sehingga, pendidikan di luar kelas lebih mengacu pada pengalaman dan pendidikan lingkungan yang sangat berpengaruh pada kecerdasan para siswa.
Kegiatan belajar di luar kelas juga bisa mengarahkan para siswa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya memperoleh pengalaman langsung dalam rangka penguasaan terhadap beberapa hal pokok. Dengan demikian, kegiatan belajar di luar kelas mampu mengaktifkan seluruh potensi kecerdasan siswa, yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spritual.
Tujuan pembelajaran melalui aktivitas belajar di luar ruangan kelas adalah sebagai berikut:
- Mengarahkan siswa untuk mengembangkan bakat dan kreativitasnya dengan seluas-luasnya di alam terbuka, juga dapa mengembangkan inisiatif personal mereka.
- Kegiatan belajar mengajar di luar kelas bertujuan menyediakan latar yang berarti untuk pembentukan sikap dan mental siswa.
- Meningkatkan kesadaran, apresiasi dan pemahaman siswa terhadap lingkungan sekitarnya, serta dapat membangun hubungan baik dengan alam.
- Memabatnu mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang memiliki perkembangan jiwa, raga dan spirit yang sempurna.
- Memberikan konteks dalam proses pengenalan kehidupan sosial dalam tatanan praktik di lapangan.
- Menunjang keterampilan dan ketertarikan siswa.
- Menciptakan kesadaran dan pemahaman siswa menghargai alam dan lingkungan.
- Mengenalkan berbagai kegiatan di luar kelas yang dapat membuat pembelajaran lebih kreatif. Misalnya, seorang guru bisa menyampaikan pelajaran tentang IPA, yang menerangkan tentang matahari di lapangan, di tengah terik sinar matahari.
- Memberikan kesempatan yang unik bagi siswa untuk perubahan perilaku dalam penataan latar pada kegiatan di luar kelas. Misalnya, jika di dalam kelas para siswa selalu ribut, maka di luar kelas diharapkan tidak ribut.
- Memberikan kontribusi penting dalam rangka membatnu mengembangkan hubungan guru dan murid.
- Memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan untuk pendidikan,
C. REKOMENDASI
Implementasi kurikulum model sistem pembelajaran Bunyan masih belum seluruhnya diterapkan dalam proses pembelajaran, dikarenakan pemahaman dan penerapan dalam kurikulum model sistem pembelajaran Bunyan ini harus seluruhnya bersinergi baik guru, siswa, dan orang tua. Agar penerapan kurikulum model sistem pembelajaran Bunyan tercapai sesuai dengan visi misi dan konsep model pendidikan Bunyan, maka dari itu ada beberapa rekomendasi kepada lembaga, diantaranya:
- Guru dan orang tua perlu pemahaman secara menyeluruh terkait model sistem pendidikan bunyan melalui adanya agenda pembinaan rutin atau workshop secara rutin.
- Adanya pedoman/ buku penerapan kurikulum model sistem pembelajaran Bunyan sebagai rujukan guru dalam proses pembelajaran.
- Perlu dilakukan pelatihan dan pemantauan berkala kepada guru, untuk meningkatkan kompetensi guru.
- Pendidikan adab melalui pembiasan hendaknya melibatkan peran serta dan masyarakat sehingga upaya pembentukan karakter siswa semakin optimal.
- Dalam membuat perencanaan administrasi kurkulum model sistem pembelajaran Bunyan, guru-guru perlu ada pelatihan khusus, karena tidak semua guru basicnya pendidikan.
- Struktur kurikulum super blok diterapkan di SD memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya:
Kelebihan Penerapan Super Blok:
- Siswa lebih terfokuskan dalam mempelajari materi pelajaran yang diampu sesuai dengan jadwalnya.
- Siswa lebih sedikit membawa buku modul ke Sekolah.
Kekurangan Penerapan Super Blok:
- Siswa mudah lupa dengan materi-materi pelajaran yang sudah diajarkan di siklus sebelumnya.
- Jam mengajar guru berkurang dari jam pelajaran sesuai dengan standar.
- Pengisian dan penerimaan hasil belajar siswa (raport) Kurikulum Dua Ribu Tiga Belas (Kurtilas) terhambat, karena input raport Kurtilas harus sudah selesai semua pelajaran tersampaikan di empat siklus atau diakhir tahun pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Bawazir, Djauharah. 2007. Model Sistem Pendidikan Bunyan. Jakarta: PT Bunyan Andalan Sejati.
Fitri Zaenul, Agus. 2013. Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam. Bandung: Alfabeta.
Handrianto, Budi. 2010. Islamisasi Sains. Jakarta: Pustaka Al- Kautsar.
Vera, Adelia. 2012. Metode Mengajar Anak di Luar Kelas (Outdoor Study). Yogyakarta: Diva Press.
Sopiansyah, Deni. 2021. “Kehidupan Dunia dan Akhirat dalam Persfektif Pendidikan Islam”,https://journal.laaroiba.ac.id/index.php/as/article/view/463/381 diakses pada 19 Agustus 2021, pukul 10.00.
Istiarsono, Zen. “Penerapan Mastery Learning Pada Pembelajaran”, https://studylibid.com/doc/963979/penerapan-mastery-learning-pada-pembelajaran, diakses pada 19 Agustus 2021, pukul 19.00
Magfiroh, Leni. 2014. “Penerapan Model Pembelajaran CTL”, https://media.neliti.com/media/publications/252260-penerapan-model-pembelajaran-ctl-untuk-m-dec94f04.pdf, diakses pada 20 Agustus 2021, pukul 19.00