Antara Aqil Baligh dan Cerdas Beradab

Pendidikan Aqil baligh menjadi tema yang semakin sering kita dengar dan sangat membuat kita tertarik. Mengapa? Bukankah dalam Falsafah Pendidikan Bunyan kita sudah punya “brand” sendiri, yaitu pendidikan cerdas beradab?

Apakah konsep aqil baligh relevan dengan konsep cerdas beradab? Mari kita bahas.

Aqil adalah Cerdas, dan Cerdas dalah Aqil

Aqil adalah kematangan/kedewasaan mental sementara baligh adalah kematangan/kedewasaan biologis/fisik. Keduanya penting untuk dicapai oleh setiap orang. Masalahnya saat ini adalah banyak yang sudah mencapai baligh secara fisik (bahkan semakin cepat), tapi terlambat aqil secara mental (bahkan semakin lambat). Dari sinilah konsep Pendidikan Aqil Baligh sangat dibutuhkan hari ini.

Jika Aqil adalah kematangan mental, maka indikatornya adalah kematangan intelektual, kemampuan memutuskan sebuah pilihan dan sikap bertanggung jawab atas apa yang dipilih dan diputuskannya.

Jika dikorelasikan, konsep Aqil ini sangat relevan dengan konsep Cerdas dalam Falsafah Pendidikan Bunyan.

Cerdas dalam Falsafah Pendidikan Bunyan adalah kebalikan dari sifat jahuulan (amat bodoh). Kebodohan adalah ketidak-matangan mental karena tidak mampu menggunakan akalnya dengan benar. cerdas artinya mampu menggunakan seluruh potensi akal dengan baik dan benar.

Konsep cerdas dalam falsafah Pendidikan Bunyan tidak dibatasi dengan kecerdasan intelektual, akan tetapi mencakup seluruh aspek kematangan mental. Oleh karenanya, kecerdasan yang dimaksud mencakup 3 level kecerdasan, yaitu: cerdas diri, cerdas sosial, cerdas kontribusi.

Dalam Falsafah Pendidikan Bunyan, puncak kecerdasan adalah kepedulian dan kemampuan untuk berkontribusi dengan memberikan manfaat seluas-luasnya bagi kemaslahatan seluruh umat manusia (kemanusiaan). Untuk bisa peduli dan berkontribusi kepada masyarakat luas, terlebih dahulu dia harus selesai dengan dirinya sendiri, dia harus mencapai cardas diri sejak awal.

Jadi, bisa dikatakan, dalam Falsafah Pendidikan Bunyan cerdas adalah aqil dan aqil adalah cerdas.

Pendidikan Adab untuk Mengendalikan “Kebalighan”

Selanjutnya, Baligh adalah kematangan fisik/biologis. Indikatornya adalah telah berfungsinya semua faal-faal tubuh, khususnya fungsi reproduksi.

Kematangan fungsi biologis ini menimbulkan dorongan-dorongan biologis dan psikologis yang menuntut untuk dipenuhi. Secara lebih lugas, kematangan biologis menumbuhkan dorongan instingtif hewani manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan psikologisnya.

Jika kematangan mental membutuhkan kecerdasan untuk mengelolanya, maka kematangan fisik/biologis membutuhkan adab untuk mengendalikannya. Tanpa adab kemanusiaan yang dibimbing oleh nilai-nilai agama, maka manusia akan tumbuh menjadi makhluk yang dikendalikan oleh insting dan hawa nafsunya, layaknya hewan.

Maka Pendidikan baligh adalah Pendidikan adab. Mendidik kebalighan artinya memberadabkan manusia dari dorongan insting dan hawa nafsunya. Sehingga manusia tumbuh sebagai manusia yang “ahsanu taqwim” alih-alih menjadi manusia yang seperti binatang atau lebih hina lagi ( kal an`am bal hum adholl ).

Beradab dalam Falsafah Pendidikan Bunyan adalah kebalikan dari sifat zhaluuman (amat zhalim). Zhalim sendiri artinya meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya atau tidak sesuai kadar dan kedudukannya.

Kebalikan zhalim adalah adil, yaitu meletakan sesuatu pada tempatnya. Menempatkan sesuatu pada tempatnya dan sesuai kadar dan kedudukannya dengan cara yang mulia itulah adab. Beradab bisa diartikan adil yang sempurna, adil dalam prinsip, beradab dalam mengaplikasikan keadilan secara indah dan penuh kebijaksanaan. Maka tak salah jika kita selalu menyandingkan adil dengan beradab. Keduanya kebalikan dari zhalim.

Jadi pendidikan adab tidak sebatas pada pendidikan kepribadian atau tata krama, tapi pendidikan sikap dan karakter adil dan adab. Bukan sebatas sopan santun dalam berinteraksi, tetapi berpegang pada nilai dan prinsip adil dan adab pada hal apapun dan dihadapan siapapun. Bersikap lugas, tegas, bahkan keras pada hal yang tepat, peristiwa yang menuntut sikap tersebut dan pada orang yang pantas disikapi demikian adalah sikap adil dan beradab.

Usia baligh memang akan tercapai pada saatnya. Untuk menjadi baligh secara alami akan tercapai tanpa perlu upaya-upaya tertentu. pendidikan baligh, artinya bukan pendidikan untuk membalighkan, akan tetapi pendidikan untuk mengendalikan kebalighan agar saat mencapai baligh dan dorongan-dorongan instingtif sudah muncul bahkan menuntut dengan sangat kuatnya, semua itu bisa dikendalikan dengan berpegang teguh pada prinsip keadilan dan adab, serta menghindarkan dari kezhaliman apapun baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Semoga penjelasan singkat ini bisa memberikan kejelasan pada kita bahwa pendidikan aqil baligh bukan hanya relevan dengan pendidikan cerdas beradab, tetapi keduanya adalah pendidikan yang satu. Pendidikan aqil baligh adalah pendidikan cerdas beradab dan pendidikan cerdas beradab adalah pendidikan aqil baligh. Wallahu A’lam.

Penulis : Ustadz Zamzam Muharamsyah, Lc., M.Si.

Kabid Kurikulum Sekolah Bunyan Indonesia