PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM MATERI KONSEP LUAS DAERAH SEGITIGA

PENDAHULUAN

Terbentuknya lembaga pendidikan formal seperti di sekolah memiliki serangkaian pembelajaran bidang studi. Menurut Rusman (2013, hlm. 1) “pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain.” Salah satu bidang studi di sekolah yaitu matematika. Salah satu cabang matematika yaitu geometri Euclid. “Dengan mempelajarai geometri dapat menumbuhkan berpikir logis, mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan pemberian alasan serta dapat mendukung banyak topik lain dalam matematika.” (Kennedy, 1994 hlm. 385 dalam Nur’aeni, 2010, hlm. 28).

Salah satu materi geometri Euclid adalah konsep luas daerah segitiga. Berdasarkan kurikulum 2006 kelas IV semester I diharapkan siswa dapat mengeksplorasi konsep luas daerah segitiga. Akan tetapi pada kenyataannya pemahaman siswa dalam materi konsep luas daerah segitiga masih belum mencapai tujuan yang diharapkan. Siswa hanya mengetahui rumusnya saja tanpa memahami konsep luas daerah segitiga. Oleh sebab itu, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya pemahaman siswa dalam materi konsep luas daerah segitiga yaitu, rendahnya penguasaan geometri di jenjang pendidikan dasar, proses pembelajaran guru masih menggunakan metode ekspositori dan pembelajaran bersifat teacher centre.

Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan alternatif pembelajaran yang mengorientasikan pada pemahaman siswa sehingga pembelajaran menjadi aktif dan kreatif. Pembelajaran geometri yang sesuai dengan kemampuan tahap berpikir siswa dapat dilakukan dengan pembelajaran teori Van Hiele. Teori belajar Van Hiele berfokus dalam bidang geometri dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam materi konsep luas daerah segitiga dan implementasi pembelajaran dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan belajar Van Hiele.

Dari studi literatur yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa pembelajaran teori Van Hiele sangat cocok untuk diterapkan pada materi konsep luas daerah segitiga. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Teori Van Hiele untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Materi Konsep Luas Daerah Segitiga.”

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pemahaman awal siswa pada materi konsep luas daerah segitiga? 2) Bagaimana proses pembelajaran konsep luas daerah segitiga dengan menggunakan teori Van Hiele? 3) Bagaimana pemahaman siswa pada materi konsep luas daerah segitiga setelah proses pembelajaran? 4) Bagaimana peningkatan pemahaman siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis teori Van Hiele dibandingkan dengan pembelajaran konvensional?

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) menjelaskan pemahaman awal siswa pada materi konsep luas daerah segitiga. 2) menjelaskan proses pembelajaran konsep luas daerah segitiga dengan menggunakan teori Van Hiele. 3) menjelaskan pemahaman siswa pada materi konsep luas daerah segitiga setelah proses pembelajaran. 4) mendekarya ilmiahkan peningkatan pemahaman siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis teori Van Hiele dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian berikutnya khususnya pada materi pembelajaran geometri dan memberikan informasi dalam pembelajaran berbasis teori Van Hiele pada materi konsep luas daerah segitiga. Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman konsep khususnya pada materi luas daerah segitiga, menambah wawasan dan dijadikan rujukan sebagai bahan pertimbangan untuk mengaplikasikan penggunaan teori belajar Van Hiele khususnya materi konsep luas daerah segitiga, serta memberi masukan atau sumbang referensi untuk mengembangkan proses pembelajaran menjadi yang lebih berkualitas.

KAJIAN PUSTAKA

Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri sesuai dengan pengetahuan yang pernah diterima. Menurut Kuswana (2012, hlm. 44-48) terdapat tiga jenis perilaku pemahaman mencakup, “pemahaman tentang terjemahan, pemahaman tentang interpretasi, dan pemahaman tentang ekstrapolasi.” Pemahaman dalam penelitian ini yaitu pemahaman interpretasi yang memungkinkan siswa dapat menafsirkan ide melalui gambar.

“Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.” (Heruman, 2013, hlm. 3). Konsep matematika akan mudah dipahami oleh siswa jika disajikan dalam bentuk konkret. Karena, siswa masih dalam tahapan konkret. Indikator siswa memahami suatu konsep matematika, menurut Nur’aeni (dalam Sumarmo, 2010, hlm. 21-22) menyatakan bahwa, ‘secara umum, indikator pemahaman matematika meliputi : mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip serta idea matematika’. Pemahaman konseptual dalam matematika dapat dijabarkan antara lain sebagai berikut.

  1. Mengenali, melabelkan, dan membuat contoh serta non-contoh konsep, 2) Mengenali, menginterprestasikan, dan menerapakan tanda, simbol, dan istilah yang digunakan untuk mempresentasikan konsep, 3) Membandingkan, membedakan, dan menghubungkan konsep dengan prinsip, 4) Kemampuan untuk mengolah ide tentang pemahaman sebuah konsep dengan berbagai cara, 5) Mengidentifikasi dan menerapkan prinsip-prinsip, 6) Mengetahui dan menerapakn fakta definisi.

Pemahaman tentang hakikat geometri akan membantu guru dalam mengajarkan konsep geometri, terutama memberikan pemahaman tentang peranan konsep dalam menyampaikan struktur mengajar matematika. Geometri adalah studi tentang ruang dan berbagai bentuk dalam ruang. Pengetahuan tentang geometri sangat berguna dalam kehidupan anak. (Runtukahu dan Kandou, 2014, hlm. 46).

Salah satu materi geometri adalah konsep luas daerah segitiga. Penanaman konsep luas daerah segitiga menurut Heruman (2013, hlm. 142) merupakan “penurunan dari luas persegi atau persegi panjang, dalam media peraga direpresentasikan oleh masing-masing satuan persegi kecil. Sebagai tambahan, kemampuan prasyarat yang harus dikuasi siswa adalah ciri-ciri segitiga, luas persegi panjang, serta perkalian dan pembagian.”

Teori belajar yang dikhususkan pada pembelajaran geometri adalah teori belajar Van Hiele. Van Hiele adalah seorang guru matematika Belanda yang telah mengadakan penelitian bersama isterinya Dian Van Hiele Geldolf, melalui observasi dan wawancara, kemudian hasil penelitiannya ditulis dalam disertasinya pada tahun 1954. Tiga unsur utama dalam pembelajaran geometri yaitu waktu, materi dan metode. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Van Hiele menghasilkan lima tingkatan perkembangan kognitif siswa yaitu Visualization, Analysis, Informal Deduction, Formal Deduction, dan Rigor.

Karakteristik teori Van Hiele yaitu rangkaian urutan (sequential), pengembangan (advancement), unsur intrinsik dan ekstrinsik (intrinsic and extrinsic) dan kebahasaan (linguistic). Adapun lima tahap belajar menurut teori Van Hiele yaitu, (1) inkuiri, (2) orientasi terarah, (3) uraian, (4) orientasi bebas, dan (5) integrasi. (Crowley, 1987, hlm. 5 dalam Pranata, 2007, hlm. 17). (Crowley, 1987, hlm. 5 dalam Pranata, 2007, hlm. 17).

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental semu atau quasi-eksperimental.Desain penelitian yang dilakukan adalah Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Saripin Kelurahan Sukanagara Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas IV berjumlah 48 siswa dengan rincian 24 siswa kelas IVA sebagai kelas eksperimen dan 24 siswa kelas IVB sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian terdiri dari tes dan observasi. Prosedur analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis statistk deskriptif dan analisis statistik inferensial.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Uji Pretest dan posttest dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa antara sebelum proses pembelajaran dan setelah proses pembelajaran. Selanjutnya data yang diperoleh dikategorikan menurut interval kategori menurut Rahmat dan Solehudin (Sugiarti, 2012 dalam Muharam, 2014, hlm. 50) dengan ketentuan sebagai berikut.

Tabel 1
Interval Kategori

No.IntervalKategori
1.X ≥ ideal + 1,5 SidealSangat Tinggi
2.ideal + 0,5 Sideal ≤ X <ideal + 1,5 SidealTinggi
3.ideal – 0,5 Sideal ≤ X <ideal + 0,5 SidealSedang
4.ideal – 1,5 Sideal ≤ X <ideal – 0,5 SidealRendah
5.X <ideal – 1,5 SidealSangat Rendah

Berdasarkan ketentuan penyekoran soal yang telah ditetapkan, didapatkan  sebesar 100, ideal sebesar 50, dan  sebesar 16,67.

Data hasil pretest dan posttest disajikan dalam tabel 2 berikut.

Tabel 2

Hasil pretest dan posttest

NoIntervalKat.FrekuensiFrekuensi
EK
PrePostPrePost
1X≥ 75,01ST625%2396%28%937%
258,34 ≤X< 75,01T625%14%1042%1042%
341,47 ≤X< 58,34S833%00%833%521%
424,99 ≤X< 41,47R417%00%313%00%
5X< 24,99SR00%00%14%00%

Ket      :ST       = Sangat Tinggi

             T         = Tinggi

             S         = Sedang

             R        = Rendah

             SR      = Sangat Rendah

      Kat.    = Kategori

Berdasarkan data hasil pre-test dan post-test yang disajikan pada tabel 2, dapat diketahui persentase pemahaman awal siswa kelas eksperimen dalam materi konsep luas daerah segitiga dimana kategori sangat tinggi sebesar 25%, tinggi sebesar 25%, Sedang sebesar 33%, rendah sebesar 17%, dan sangat rendah sebesar 0%. Sedangkan untuk kelas kontrol persentase pemahaman awal siswa dalam kategori sangat tinggi sebesar 8%, tinggi sebesar 42%, sedang sebesar 33%, rendah sebesar 13%, dan sangat rendah sebesar 4%. Berdasarkan skor rata-rata antara kedua kelas, kelas eksperimen dan kelas kontrol berada dalam kategori sedang dengan skor rata-rata kelas eksperimen sebesar 56,17 dan kelas kontrol dengan skor rata-rata sebesar 54,88. Setelah melalui uji perbedaan rata-rata dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama.

Sedangkan untuk pemahaman akhir siwa kelas eksperimen dalam materi konsep luas daerah segitiga dimana kategori sangat tinggi sebesar 96%, tinggi sebesar 4%, sedang, rendah dan sangat rendah masing-masing sebesar 0%. Sedangkan, untuk kelas kontrol persentase pemahaman akhir siswa dalam kategori sangat tinggi sebesar 37%, tinggi sebesar 42%, sedang sebesar 21%, rendah dan sangat rendah masing-masing sebesar 0%. Berdasarkan skor rata-rata antar kedua kelas, kelas eksperimen berada dalam kategori sangat tinggi dengan skor rata-rata sebesar 87,71 dan kelas kontrol berada dalam kategori tinggi dengan skor rata-rata sebesar 70,29. Setelah melalui uji perbedaan rata-rata dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, dapat disimpulkan bahwa pemahaman akhir siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis teori Van Hiele lebih baik daripada pemahaman siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.

.Untuk membuktikan secara empiris bahwa pembelajaran berbasis teori Van Hiele lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional, dilakukan uji skor gain ternormalisasi. Adapun hasil dari uji skor gain ternormalisasi disajikan pada tabel 3 berikut.

Tabel 3

Hasil Perhitungan Skor Gain
Pemahaman Siswa dalam Materi Konsep Luas Daerah Segitiga

KelompokNKategori GainXminXmaxSs2
TinggiSedangRendah
Eksperimen2414 (58%)9 (38%)1 (4%)0,21,000,720,200,34
Kontrol242 (8%)12   (50%)10 (42%)-0,40,800,330,250,04

Berdasarkan pada tabel 3 kategori gain pemahaman siswa dalam materi konsep luas daerah segitiga, diketahui sebesar 58% siswa dari kelas eksperimen memiliki skor gain yang termasuk pada kategori tinggi, 38% siswa memiliki skor gain yang termasuk pada kategori sedang, dan sebesar 4% siswa memiliki skor gain yang termasuk pada kategori rendah. Sedangkan dalam kelas kontrol sebesar 8% siswa memiliki skor gain yang termasuk pada kategori tinggi, 50% siswa memiliki skor gain yang termasuk pada kategori sedang dan sebesar 42% siswa memiliki skor gain rendah. Ditinjau dari rata-rata skor gain pemahaman siswa dan standar deviasi, maka kelas eksperimen memperoleh rata-rata skor gain sebesar 0,72 dengan standar deviasi sebesar 0,20. Sedangkan rata-rata skor gain kelas kontrol adalah sebesar 0,33 dengan standar deviasi sebesar 0,27. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor gain pemahaman siswa kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol.

Selanjutnya untuk mengetahui secara empiris perbedaan skor gain antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, dilakukan uji perbedaan rata-rata. Uji perbedaan rata-rata menggunakan Mann-Whitney U-test karena uji prasyarat yang dilakukan menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Setelah melalui uji perbedaan rata-rata skor gain dengan nilai signifikansi sebesar 0,0000, dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman siswa dalam materi konsep luas daerah segitiga yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis teori van hiele lebih besar daripada peningkatan pemahaman siswa dalam materi konsep luas daerah segitiga yang mendapat pembelajaran konvensional.

Proses pembelajaran berbasis teori Van Hiele adalah pembelajaran yang berdasarkan lima tahapan pembelajaran Van Hiele, yaitu tahap inkuiri/ informasi (inquiry/information), tahap orientasi terarah (directed orientation), tahap uraian, penjelasan(explanation), tahap orientasi bebas(free orientation), tahap integrasi(integration). Peneliti memfokuskan terhadap tujuan dan pencapaian indikator pemahaman konsep matematika yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran berdasarkan tahap pembelajaran berbasis teori Van Hiele sekaligus mengobservasi aktivitas siswa pada proses pembelajaran berlangsung.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap penerapan pembelajaran berbasis teori Van Hiele untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam materi konsep luas daerah segitiga, diperoleh simpulan sebagai berikut:

  1. Pemahaman awal siswa dalam materi konsep luas daerah segitiga sebelum menggunakan pembelajaran berbasis teori Van Hiele sama dengan pemahaman awal siswa menggunakan pembelajaran konvensional.
    1. Proses pembelajaran pada materi konsep luas daerah segitiga menggunakan pembelajaran berbasis teori Van Hiele berdasarkan tahapan pembelajaran Van Hiele, meliputi tahap informasi, tahap orientasi terarah, tahap penjelasan, tahap orientasi bebas dan tahap integrasi.Kemudian, diintegrasikan pada pembelajaran kegiatan inti yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
    1. Pemahaman siswa dalam materi konsep luas daerah segitiga setelah proses pembelajaran berbasis teori Van Hiele memiliki perbedaan rata-rata skor post-test dengan pemahaman siswa setelah proses pembelajaran konvensional. Rata-rata hasil post-tes pemahaman siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis teori Van Hiele lebih tinggi daripada rata-rata pemahaman siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
    1. Peningkatan pemahaman siswa dalam materi konsep luas daerah segitiga yang menggunakan pembelajaran berbasis teori Van Hiele lebih besar dibandingkan dengan peningkatan pemahaman siswa dalam materi konsep luas daerah segitiga yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang diperoleh, maka peneliti merekomendasikan beberapa saran sebagai berikut :

  1. Pembelajaran berbasis teori Van Hiele dapat diimplementasi dan diaplikasikan di Sekolah Dasar serta dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mengembangkan pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi geometri, khususnya materi konsep luas daerah segitiga.
  2. Penelitian terhadap teori belajar Van Hiele perlu dikembangkan dan dapat dilakukan pada materi geometri lainnya dengan menggunakan metode penelitian lainnya.
  3. Peningkatan kualitas proses pembelajaran perlu dilakukan untuk menjadikan guru pembelajar dan inspiratif yang mampu mengembangkan pembelajaran matematika yang lebih menyenangkan, berkesan, dan bermakna salah satunya yaitu dengan pembelajaran berbasis teori Van Hiele.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, N. N. (2014). Peningkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Geometri Melalui Pembelajaran Berbasis Teori Van Hiele. Karya ilmiah , 1.

Heruman. (2013). Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kuswana, W. S. (2012). Taksonomi Kognitif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muharram, M. R. (2014). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dalam Penyelesaian Soal Cerita Matematika. Karya ilmiah , 112.

Nur’aeni, E. (2010). Pengembangan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele. (Disertasi) Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Nur’aeni, E. (2010). Pengembangan Kemampuan Komunikasi Geometri Siswa Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran Berbasis Teori Van Hiele . Jurnal .

Pranata, O. H. (2007). Pembelajaran Berdasarkan Tahap Belajar Van Hiele Untuk Membantu Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Dalam Konsep Geometri Bangun Datar. Tesis , 99.

Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran: mengembangkan Profesional Guru Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.

Tombokan Runtukahu, S. K. (2014). Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Penulis :

Siti Hajar Fitria, S.Pd. (Guru Sekolah Dasar Islam Terpadu Bunyan Indonesia)