Sorban Abah

Suasana sore hari di kota kembang yang sejuk, dihiasi langit senja, angin sepoy dan kicauan burung, bagaikan alunan nada yang indah. Namun hal tersebut tak dapat dirasakan oleh Maheera, seorang gadis kecil yang sedang berbaring lemah tanpa gairah dalam sebuah ruangan sempit dan redup. Demam yang cukup tinggi membuat tubuhnya dingin bergemetar.

Saat malam tiba suhu tubuhnya semakin tinggi, dengan rengekan nya dia berkata “bu, rasanya udara hari ini dingin sekali sampai menusuk tulang dan sendiku” lantas sang ibu pun menyelimutinya dengan selimut agak tebal.

Ketika badan nya terus menggigil sedang kepalanya terasa panas, ia pun berkata lagi “bu badanku sangat dingin tapi kepalaku terasa semakin panas dan pusing” katanya sambil menangis. Mendengar tangisan putri kecilnya sang ibu pun memanggil sang ayah untuk ikut menemani putrinya yang sedang sakit. Sang ayah pun datang menemui putrinya dengan membawa sebuah kain yang wangi nan menyejukan.

Ayah : “Apakah kamu sudah meminum obat putriku?” tanya sang ayah sambil memeluk lembut putrinya

Maheera : ehmhh mengangguk “ia sudah”

Ayah : “sabar ya nak, nikmatilah dan syukurilah kasih sayang Allaah ini.. In syaa Allah sebentar lagi kamu akan sihat kembali”.

Setelah memeluk dan menasihati putrinya, sang ayah pun mengibaskan kain yang dibawanya tadi di hadapan putrinya lalu diselimutkan ke kepalanya, sambil berkata “naah, coba kamu pakai ini yah.. ketika berselimutkan ini kamu akan dapat tertidur dengan nyenyak”. Kata-kata yang diucakpan sang ayah seperti sihir bagi Maheera, karena beberapa saat setelah kepalanya diselimuti dengan kain wangi dan lembut itu ia dapat tertidur dengan nyenyak dan suhu tubuhnya pun semakin membaik.

Keesokan harinya, Maheera membuka mata dan terbangun dari tidurnya sambil mengingat-ingat kejadian semalam ia genggam kain itu. Kemudian ia pergi berwudhlu dan melaksanakan sholat subuh lalu setelah sholat ia berdo’a dan berkata dalam hatinya “yaa Allaah, sungguh indah kasih sayangmu, Kau ciptakanku sebagai seorang putri dari ayah dan ibu yang sangat menyayangiku”. Seusai itu, ia beranjak menemui ayahnya “bah, ini kainmu” (ujar Maheera pada ayahnya), lalu sambil tersenyum ayahnya berkata sudah, kain ini untukmu saja sebagai kenang-kenangan dari Abah.

Sejak saat itu, ia sangat menyukai kain tersebut. Baginya kain itu bukanlah sekedar kain melainkan itu adalah kain yang sangat berharga, lembut dirasa dan indah dipandang mata, itulah Sorban Abah yang penuh makna dan cinta. Ia berkata bahwa akan menjaga, merawat dan memanfaatkan kain tersebut sampai kapanpun, agar dengan adanya sorban tersebut ia akan merasa selalu dekat dengan sang ayah dan ibu meski raganya terpisah jauh sekalipun.

Kasih sayang orang tua takan pernah usang dan pudar seperti kain dan warnanya, namun bagi Maheera kain yang dimilikinya itu tetap selalu tampak bagus sekalipun warnanya sudah memudar dan menjadi favorit karena ia memaknai sorban tersebut sebagai tanda kasih sayang.


Oleh : Siti Shona Sakhiyyah, S.Pd.

Wali Kelas X – SMAIT Bunyan Indonesia